- 11 pegawai Komdigi ditangkap atas dugaan melindungi situs judi online
- Budi Arie sebagai eks Menkominfo dituntut bertanggung jawab atas pengawasan
- Polisi belum memeriksa Budi Arie hingga 11 November 2024
- Projo membela Budi Arie sebagai pelopor pemberantasan judi online
- Kasus bermula dari perekrutan AKA yang mampu takedown 100.000 situs per hari
- Budi Arie mengaku siap diperiksa dan menyatakan tidak terlibat
- DPR mendesak pemeriksaan terkait pengawasan saat Budi Arie menjabat
Cerita Lengkap
Dalam kasus komdigi yang menghebohkan, eks Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi terbawa dalam pusaran skandal judol komdigi. Sebanyak 11 pegawai Komdigi, yang dulunya bernama Kominfo, ditangkap polisi dan ditetapkan sebagai tersangka. 11 pegawai dengan jabatan yang tak strategis itu diduga melindungi ribuan situs judi online yang seharusnya mereka blokir.
Anggota Komisi 1 DPR RI, TB Hasanudin, menganggap mereka sudah lama melindungi ribuan situs judi online tetapi tidak pernah ditindak oleh Budi Arie semasa menjabat Menkominfo hingga akhirnya baru terungkap. Sementara itu, polisi akan mendalami kemungkinan keterlibatan Budi Arie dalam kasus tersebut. Di sisi lain, Budi Arie menegaskan bahwa dirinya tak terlibat. Ia pun mengaku siap apabila dirinya harus diperiksa polisi.
Pengamat kepolisian Bang R menilai polisi perlu memeriksa Budi Arie terkait kasus pegawai judol Komdigi, terutama soal proses pengawasan saat ia memimpin Kemenkominfo. Namun hingga 11 November 2024, polisi belum melakukan pemeriksaan terhadap Budi Arie maupun atasan dari ke-11 pegawai Komdigi yang ditangkap.
Di tengah desakan agar polisi segera memeriksa Budi Arie, Projo memberikan pembelaan. Sekjen DPP Relawan Projo, Handoko, menilai Budi Arie adalah sosok pelopor pemberantasan judi online. Ia meyakini Budi Arie tak terlibat dalam kasus pegawai Komdigi yang melindungi situs judi online.
Menurut Handoko, Budi Arie menjadi korban pengkhianatan salah satu pegawai judol Komdigi yang menjadi tersangka, yakni AKA. Saat awal menjabat sebagai Menkominfo, Budi Arie merasa pemberantasan judi online butuh SDM yang lebih besar dan lebih berkualitas, terutama di bawah Direktorat Pengendalian Aptika.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM yang lebih besar, Budi Arie pun melakukan rekrutmen tambahan, termasuk melibatkan tenaga non-pegawai. Salah satunya AKA, seorang lulusan SMK yang direkomendasikan oleh T, seorang aktivis yang dikenal Budi Arie dalam kapasitas politiknya. Kala itu, AKA disebut mampu men-takedown hingga 100.000 situs judi online per hari. Hal itu menjadi salah satu alasan Budi Arie mempertimbangkan AKA masuk dalam tim pemberantasan judi online. Namun, perekrutan AKA justru menjadi titik awal masalah.
Video menarik lainnya
-
Kasus Pegawai Kominfo Terlibat Judi Slot Online, Raup Untung Fantastis
-
Budi Arie Setiadi Diperiksa Terkait Judi Online, Staf Kominfo Diduga Terlibat
-
DPR Soroti Kinerja Kominfo Blokir WordPress Alih-alih Judi Online di Era Budi Arie
-
Budi Arie Dipanggil DPR, Diminta Klarifikasi Kasus Judi Online
-
Mengungkap Peran Pegawai Komdigi, Budi Arie Siap Diperiksa dalam Skandal Judi Online