- Empat warga negara Indonesia (WNI) asal Binjai, Sumatera Utara, menjadi viral setelah mengunggah sebuah video yang berisi permintaan tolong dan mengklaim bahwa mereka terdampar dan disiksa di Kamboja.
- Para korban, termasuk Cikal Ramadan, kini berada dalam kondisi aman di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh, menunggu proses pemulangan.
- Direkrut oleh seorang agen bernama Vincent dari Medan, mereka dijanjikan pekerjaan sebagai admin judi online namun dipaksa bekerja di perusahaan penipuan online, menghadapi penyiksaan karena target yang tidak terpenuhi dan gaji yang tidak dibayar penuh.
- Pemerintah kota Binjai, yang dikoordinasikan oleh Hamdani Hasibuan, bekerja sama dengan BP3MI dan KBRI untuk memfasilitasi pemulangan mereka, dengan biaya yang ditanggung oleh pemerintah.
- Binjai merupakan sumber utama pengiriman pekerja ilegal ke Kamboja, terutama dari generasi Z (18-35 tahun), yang diiming-imingi dengan tawaran pekerjaan non-prosedural di sektor digital.
- Para korban, termasuk Cikal, Ricky, dan Prian, mendesak agar mereka segera dipulangkan dan mendapatkan bantuan keuangan, karena mereka kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan.
Cerita Lengkap
Kisah empat pemuda WNI terlantar di Kamboja baru-baru ini viral di media sosial. Empat pemuda asal Indonesia, yang sempat terlantar di Kamboja, akhirnya bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka di Binjai, Sumatera Utara. Kini, mereka berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh dalam kondisi baik, menanti proses pemulangan ke tanah air.
Para pemuda ini mengaku mengalami penganiayaan di tempat kerja mereka. Dalam sebuah video yang viral, mereka meminta pertolongan kepada pemerintah, khususnya Wali Kota Binjai, Bapak Amir Hamzah, dan Wakil Wali Kota, Bapak Hasanul Jihai. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kepada Bapak Wali Kota Binjai yang terhormat, Bapak Amir Hamzah, dan Bapak Wakil Wali Kota Binjai, Hasanul Jihai, mohon bantu kami. Kami warga Binjai yang saat ini terlantar di Kamboja, tepatnya di Phnom Penh. Sudah tiga hari kami tidak makan, Pak. Kami disiksa di tempat kerja kami, Pak,” ujar mereka dalam video tersebut.
Keempat WNI ini, yang sebelumnya viral karena video mereka mengaku menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja, kini menemui titik terang. Melalui komunikasi video call, salah satu korban, Cikal Ramadan, bersama keluarganya menyampaikan bahwa mereka kini dalam kondisi baik dan berada di KBRI Phnom Penh untuk memproses pemulangan. Keluarga korban berharap pemerintah segera membantu proses ini. Seorang nenek dari salah satu korban berkata, “Dia itu anak nenek, yatim piatu, bapak enggak ada, mamak enggak ada. Sudah berapa lama, belum dua tahun, dia ke sana mau pasang batu nisan mamanya, mau cari duit. Kalau rezeki enggak ke mana, enggak usah jauh-jauh. Besar kali dosaku.”
Cikal Ramadan dan tiga temannya berangkat ke Kamboja pada 20 Desember 2024 melalui agen bernama Vincent, warga Medan, dengan iming-iming bekerja sebagai admin di perusahaan judi online. Namun, sesampainya di Kamboja, mereka dipekerjakan di perusahaan penipuan (scam) online. Mereka dituntut melakukan penipuan dengan target tertentu. Jika target tidak tercapai, mereka disiksa dan bahkan diperjualbelikan ke perusahaan scam lain di Kamboja. Dari Binjai, Sumatera Utara, jurnalis TV Wahyu Pratama melaporkan perkembangan upaya pemulangan keempat WNI ini.
Dalam wawancara via Zoom, Cikal Ramadan dan Kepala Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Binjai, Hamdani Hasibuan, berbagi informasi lebih lanjut. Cikal menjelaskan, “Pada awalnya, saya buat video karena saya tidak punya dana untuk proses pemulangan. Saya tes nomor teman, kebetulan teman saya banyak yang menyebarkan, jadi video itu viral.” Video tersebut sampai ke pemerintah Kota Binjai melalui grup WhatsApp pada 29 April 2025. Pemerintah setempat langsung menelusuri kebenaran video tersebut, menemukan identitas Cikal dan Taruna Batara, dua warga Binjai, serta berkoordinasi dengan keluarga mereka.
Hamdani Hasibuan menjelaskan bahwa pemerintah Kota Binjai berkoordinasi dengan BP3MI (Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) Medan untuk memproses pemulangan. “Kami tidak langsung berkomunikasi dengan KBRI, tetapi melalui BP3MI untuk koordinasi dengan Kementerian Perlindungan Indonesia di Jakarta, lalu diteruskan ke KBRI di Phnom Penh,” ujarnya. Hingga kini, proses pemulangan masih menunggu prosedur di KBRI, namun kondisi para korban dipastikan aman.
Cikal menceritakan pengalamannya, “Paspor saya ditahan perusahaan. Gaji yang dijanjikan 1.000 dolar, tapi bulan pertama saya hanya dapat 100 dolar, bulan kedua 150 dolar setelah dipotong pinjaman. Kami bekerja 24 jam, kalau target tidak tercapai, teman saya, Taruna, disiksa.” Hamdani menambahkan bahwa dari empat WNI dalam video, hanya Cikal dan Taruna asal Binjai, sementara dua lainnya, Ricky Iqbal Saputra dan Prian Mitra Leo, berasal dari Medan.
Pemerintah Kota Binjai tengah merumuskan pola pemulangan, dengan biaya ditanggung pemerintah. Hamdani juga menyebutkan bahwa Binjai memiliki peluang kerja lokal, seperti event Job Fair yang menawarkan ribuan lowongan. Namun, fenomena pekerja nonprosedural ke Kamboja, terutama Gen Z usia 18-35 tahun yang mahir digital, masih menjadi tantangan. Kementerian Luar Negeri mencatat Binjai sebagai salah satu daerah penyumbang pekerja ilegal terbesar, bersama provinsi lain seperti Sulawesi Utara dan Jawa Barat.
Cikal, Ricky, dan Prian, yang kini berada di penginapan dekat KBRI, berharap segera pulang. “Saya cuma berharap bisa segera pulang, Bu. Makan saja kami enggak ada. Saya berharap pemerintah membantu biaya selama menunggu proses,” ujar Cikal. Ricky dan Prian juga menyampaikan pesan kepada keluarga mereka, berharap sehat dan segera berkumpul kembali. Kisah WNI terlantar di Kamboja ini menjadi pengingat pentingnya prosedur resmi dalam bekerja di luar negeri, agar terhindar dari eksploitasi dan penipuan.
Video menarik lainnya
-
Budi Arie Disorot DPR karena Kasus Judi Online
-
Mengapa Kamboja Menjadi Pusat Judi Online Asia Tenggara?
-
Kisah Eks Admin Judi Online Kamboja Temannya Tewas Disetrum di Ruang Penyiksaan
-
Kisah WNI Terlantar di Kamboja – Disiksa dan Terjebak Kerja Ilegal
-
Perputaran Uang Judi Online Sentuh Rp 47 Triliun di Awal 2025