Cerita Judi Online

Mengungkap Realitas Kelam Judol Kamboja: Kisah Pekerja Judi Online yang Berjuang Pulang

Shares
  • Realitas Keras Judi Online Kamboja: Para pekerja menghadapi tekanan mental dan fisik yang ekstrem, termasuk pelecehan verbal, jam kerja yang diperpanjang (12 jam / hari, 7 hari / minggu), dan hukuman seperti sengatan listrik untuk target yang hilang.
  • Akun Pribadi: Febri, seorang mantan pekerja, berbagi pengalaman tentang trauma mental, rasa bersalah karena mempromosikan perjudian online, dan membutuhkan bantuan psikiater setelah kembali ke Indonesia.
  • Eksploitasi oleh orang Indonesia: Banyak pemimpin dan bos di industri perjudian Kamboja adalah orang Indonesia, yang meningkatkan tekanan pada pekerja.
  • Tanggapan Pemerintah: Kementerian P2MI menekankan migrasi prosedural untuk memastikan keamanan, berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Imigrasi untuk mencegah perdagangan manusia.
  • Tantangan Digital: Platform online memicu eksploitasi; Direktorat Siber P2MI menghapus akun-akun palsu, tetapi akun-akun baru terus bermunculan.
  • Solusi yang diusulkan: Sinergi lintas kementerian (mis. Kominfo, BSSN), aturan migrasi yang lebih ketat, dan kesadaran masyarakat untuk menghentikan pekerjaan ilegal dan perjudian online.
  • Sistem Pendukung: Aplikasi Save Travel milik Kementerian Luar Negeri menyediakan bantuan darurat untuk orang Indonesia di luar negeri.

Cerita Lengkap

Industri judi online Kamboja telah menarik banyak pekerja migran Indonesia, namun di balik janji gaji besar, tersimpan kisah kelam eksploitasi dan tekanan mental. Tantangan besar ke depan adalah mensosialisasikan dan mengkampanyekan secara masif agar orang yang ingin bekerja di luar negeri memahami pentingnya prosedur resmi. Jika prosedural, kami punya keyakinan dengan data yang ada bahwa mereka akan aman. Namun, jika tidak prosedural, situasinya sama sekali tidak aman.

Kementerian P2MI tampaknya fokus pada isu ini. Kami berharap Mas Febri bisa berbagi secara terbuka. Ceritakan apa yang terjadi di sana, apa yang Anda lihat. Kalau untuk pribadi saya, di sana banyak informasi yang kami dapat dari grup Telegram. Banyak yang bilang kena setrum, bahkan tangan mereka diikat dengan borgol, disetrum, dipukul, dan sebagainya. Itu benar-benar real terjadi. Alasannya? Karena tidak memenuhi target. Kalau untuk scam sendiri, memang seperti itu. Mereka sangat keras. Kalau untuk saya pribadi yang bekerja di judi online, mereka lebih menghajar mental. Mental saya benar-benar dihajar habis-habisan sampai mereka memastikan saya bekerja keras.

Contohnya, saya ditekan untuk menaikkan transaksi. Karena di sana mereka mainnya transaksi, saya bilang begitu. Terus saya ditekan, dikata-katain, “Gimana sih, bisa kerja enggak? Masa kayak gini aja enggak bisa? Kan udah banyak platform yang gua sediain buat nyari member segala macam. Masa kayak gini aja enggak bisa? Kalah sama anak SD!” Bahkan, ada kalimat-kalimat kasar, seperti menyebut hewan, yang dilontarkan setiap hari jika tidak memenuhi target. Saya bekerja 12 jam sehari, tujuh hari seminggu, tanpa libur. Jika target tidak tercapai, kami disuruh lembur tanpa upah tambahan, tidak seperti di Indonesia.

Leader yang memberikan tekanan mental berat itu kebanyakan orang Indonesia. Bahkan, bos-bos tingginya pun rata-rata orang Indonesia. Ini fakta yang dialami langsung oleh pekerja migran seperti Mas Febri. Setelah tujuh bulan bekerja di sana, beban mentalnya sangat berat. Saya merasa bersalah karena mengajak orang bermain judi online. Ketika mereka kalah, mereka mengata-ngatai dan menyumpahi saya, seperti, “Gua sumpahin keluarga lu!” Itu menjadi tekanan mental setiap hari. Sampai kembali ke Indonesia, saya harus ke psikiater karena trauma. Bahkan, saya takut menatap orang, takut mereka adalah orang yang kalah karena saya ajak bermain.

Beban ini sangat berat, seperti yang dialami Mas Febri. Kementerian P2MI menyatakan keprihatinan atas kondisi ini. Negara harus hadir secara penuh karena situasi ini tidak bisa dibiarkan. Sinergi antar kementerian, seperti Kementerian Luar Negeri dan Imigrasi, sangat diperlukan. Bayangkan, orang bisa ke luar negeri hanya dengan paspor, diiming-imingi tiket palsu dan pemesanan hotel. Di ASEAN, bebas visa memudahkan mereka berangkat, lalu visanya dikonversi menjadi visa kerja. Ini berulang-ulang tanpa langkah preventif yang memadai.

Kementerian P2MI mendorong aturan baru, seperti membatasi pergerakan korban TPPO (tindak pidana perdagangan orang) agar tidak kembali ke negara tersebut. Banyak kasus di mana korban dipulangkan, namun kembali lagi dalam hitungan minggu. Selain itu, ada modus menggunakan visa umrah untuk bekerja di Timur Tengah, yang menyebabkan overstay karena moratorium sejak 2015. Negara harus memastikan pekerja migran terdaftar dan terlindungi melalui prosedur resmi.

Kementerian Luar Negeri memiliki aplikasi Save Travel dengan tombol darurat yang memungkinkan warga Indonesia mendapatkan bantuan cepat di mana pun, bahkan di tengah laut. Contohnya, di Jepang, seseorang yang sakit menekan tombol darurat, dan dalam 10 menit, bantuan datang. Ini menunjukkan negara hadir dengan berbagai cara, tapi masyarakat juga harus mematuhi prosedur agar terlindungi.

Masalah judi online Kamboja juga melibatkan platform digital, sehingga peran Kementerian Kominfo sangat penting. Direktorat Cyber P2MI setiap hari men-take down akun-akun yang mengiming-imingi gaji tinggi, tetapi tantangannya besar karena akun baru terus bermunculan. Sinergi antar kementerian, termasuk Kominfo dan BSSN, diperlukan untuk memberantas akar masalah, yaitu perdagangan orang dengan upah murah dan eksploitasi tanpa perlindungan. Pesan dari Mas Febri jelas: stop bermain judi online Kamboja, karena situs-situs ini sulit diberantas sepenuhnya, dan korban terus bertambah.

Video menarik lainnya