“Berhenti saya sekolah, berhenti. Papa bilang berhenti saya sekolah, tiada kasih, yang uang…”
Begitulah penggalan video yang memperlihatkan seorang anak menangis tersedu di hadapan ayahnya yang disebut lumpuh. Video ini sempat viral di media sosial dan menggugah simpati warganet. Namun, belakangan terungkap bahwa video berdurasi 37 detik itu ternyata hanyalah rekayasa.
Ayah dan anak asal Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, itu rupanya sengaja membuat video tersebut untuk menarik donasi. Sang ayah, Rikson Lawadang, mengarahkan anaknya yang masih duduk di bangku SD untuk berpura-pura sedih karena tidak bisa melanjutkan sekolah. Narasi video menyebut sang ayah lumpuh dan tak mampu membiayai pendidikan anaknya.
Namun faktanya, menurut Kapolsek Una-una AKP Mustarim Abbas, sang anak sebenarnya masih bisa bersekolah dan tidak ada hambatan berarti. Video tersebut disebut sebagai settingan yang disusun dengan niat memancing simpati masyarakat.
“Informasi dari tetangga, video itu disusun seperti film. Direkam oleh orang tuanya sendiri supaya menarik perhatian publik. Anaknya sebenarnya malas bersekolah. Seharusnya sudah masuk SMP,” kata Kapolsek.
Ternyata ini bukan pertama kalinya mereka melakukan hal serupa. Sebelum Lebaran lalu, mereka sempat meminta bantuan untuk membeli baju baru. Donasi yang masuk diduga digunakan untuk deposit judi online.
“Dia melakukan deposit sampai Rp10 juta, bahkan Rp5 juta berkali-kali. Banyak yang sudah bantu, tapi dananya habis buat judi online,” tambah Mustarim.
Polisi kini telah mengantongi bukti kuat bahwa video tersebut direkayasa dan donasi digunakan untuk berjudi. Saat ini, pihak berwajib masih mendalami apakah Rikson dan anaknya bisa dijerat pasal penipuan.
“Saya tidak gegabah, tapi ini atas perintah. Kami juga telusuri orang-orang sekitarnya. Banyak yang sudah tahu kebiasaannya. Saya sudah punya bukti keterlibatannya,” ujar Kapolsek.
Sementara itu, anak dalam video kini telah diambil alih penanganannya oleh anggota DPRD Touna, Jafar M. Amin. Ia berencana membantu anak tersebut agar tetap bisa bersekolah dan mendapatkan pengasuhan yang lebih layak.
Kisah ayah dan anak ini menjadi pengingat betapa mudahnya empati publik dimanfaatkan untuk hal yang keliru, bahkan untuk mendanai judi online yang meresahkan.
Video menarik lainnya
Penanganan judi online, Cak Imin dan Meutya Hafid bahas literasi digital dan pengawasan ketat, 8,8…
Penyalahgunaan bansos judi online capai Rp957 miliar, 571 ribu rekening terdeteksi, PPATK-Kemensos dalami data 28…
Pencucian uang judi online libatkan oknum Komdigi, Rp150 miliar disita, PPATK usut aliran dana, polisi…
Kapolsek Kahu dicopot dari jabatannya karena terlibat dalam praktik judi sabung ayam. Proses pemeriksaan oleh…
PPATK ungkap rekening bansos dipakai judi online mencapai hampir Rp1 triliun. Kemensos evaluasi data dan…
Ancaman judi online capai Rp900T, DPR usul TNI berantas, Menhan Sjafrie lobi Presiden, anggaran Pilkada…