Judi Online Itu Penipuan, Menang Sesaat Hancur Selamanya

Shares
  • Erwin kecanduan judi online selama 7 tahun dan kehilangan Rp800 juta serta kehancuran hubungan sosial dan mental.
  • Judi online menyebabkan perubahan otak sehingga kecanduan sulit diatasi.
  • Kemenangan judi memberi dopamin yang membuat pemain terus berharap menang, bahkan ketika kalah.
  • Upaya berhenti judi memerlukan tekad kuat, dukungan keluarga, dan perubahan lingkungan.
  • Kampanye “Judi Pasti Rugi” diluncurkan oleh perusahaan teknologi untuk mengedukasi bahaya judi online.
  • Data menunjukkan anak-anak di bawah umur juga ikut terjerat judi online.
  • Judi online itu penipuan yang merusak waktu, uang, relasi, dan masa depan.
  • Satu-satunya cara menang adalah dengan tidak bermain sama sekali dan konsisten berhenti.

Cerita Lengkap

Selama tujuh tahun sejak 2017, Erwin menghabiskan kurang lebih Rp800 juta untuk bermain judi online. Kerugian yang dialaminya bukan hanya berupa kehilangan uang, tetapi juga kehancuran hubungan dengan orang tua dan orang terdekat, hilangnya kepercayaan, serta gangguan mental akibat sering ditagih hutang. Pernah suatu waktu dia diposting di media sosial dan menjadi viral di satu kampung karena penagihan hutang judi.

Kecanduan judi online menyebabkan perubahan signifikan di otak, khususnya pada sistem reward yang menjadi sangat mudah aktif. Hal ini membuat pemain sulit berhenti karena otak terus mengejar sensasi rasa senang yang semu. Judi online kini tidak lagi tersembunyi; ia hadir dalam ruang keluarga, sekolah, kantor, dan di semua lapisan masyarakat tanpa memandang usia, pekerjaan, atau status sosial.

Erwin menceritakan bahwa semua bermula dari rasa penasaran saat duduk di bangku SMA. Awalnya ada teman yang meminjam uang untuk deposit judi dengan janji membagi kemenangan. Sekalipun merasakan menang pada percobaan pertama, uang tersebut langsung digunakan untuk deposit ulang sehingga tidak pernah benar-benar dinikmati sebagai kemenangan.

Judi online memang membawa dopamin besar ke otak, hormon yang berasosiasi dengan rasa nikmat. Namun otak manusia tidak mampu membedakan mana hal yang benar-benar baik atau buruk, sehingga dopamin tetap naik meski kalah. Kondisi ini membuat pemain terus berharap menang setelah kekalahan, sama seperti fenomena nirmitas—di mana otak tetap menghasilkan dopamin seakan menang meskipun rugi.

Erwin juga berbagi perjuangannya berhenti berjudi, yang baru berhasil pada akhir 2024 setelah melewati berbagai tahapan berusaha hilang akses ke platform judi, menjaga lingkungan, dan benar-benar bertekad untuk berubah. Ia membantu banyak orang dengan membagikan pengalamannya sekaligus menegaskan bahwa stigma buruk di masyarakat sering menghambat orang untuk minta pertolongan.

Dalam upaya memberantas judi online, perusahaan teknologi finansial Gopei meluncurkan kampanye “Judi Pasti Rugi” bersama berbagai perusahaan besar seperti Gojek, GoPay, Telkomsel, Google, dan TikTok. Aliansi ini melibatkan edukasi luas melalui media sosial, kegiatan offline, hingga platform interaktif dan podcast untuk menyuarakan bahaya judi online sebagai praktik penipuan.

Data dari Kementerian Politik dan Hukum RI menunjukkan sekitar 550.000 anak di bawah umur terjerat judi online, termasuk anak SD usia 10 tahun. Judi online menawarkan harapan palsu menang besar, tetapi nyatanya lebih sering membawa kerugian berupa uang, waktu, relasi, dan masa depan.

Erwin menegaskan bahwa satu-satunya cara menang dari judi adalah dengan tidak ikut bermain sama sekali. Mereka yang ingin sembuh dari kecanduan harus ikhlas menerima kekalahan, jauhi media sosial dan lingkungan judi, cerita pada keluarga untuk mendapat dukungan, dan menjaga keuangan agar tidak mudah tergoda.

Video menarik lainnya