Curhatan Santri Kecanduan Judi Online: Kabur ke Bogor, Istri Hamil 8 Bulan Ditinggal

Shares
  • Seorang santri di pesantren kecanduan judi online setelah menonton YouTube.
  • Awalnya menang kecil, lalu kecanduan hingga utang puluhan juta.
  • Orang tua menanggung utang, bahkan menggadaikan kebun.
  • Setelah menikah, sempat berhenti tapi kembali main dari uang amplop pernikahan.
  • Saat istri hamil 8 bulan, ia kabur ke Bogor karena malu dan dikejar utang.
  • Akhirnya sadar dan jujur pada guru serta orang tua, namun masih berjuang melawan candu.
  • Pesan akhirnya: berhenti judi dulu, baru bisa menyelesaikan semua masalah hidup.

Cerita Lengkap

“Depoin tuh uang amplop satu juta ya. Pertama satu juta lah saya depoin, itu jadi dua juta. Tapi beneran habis, lima puluh juta melayang. Orang tua saya kasihan banget di situ. Semua biaya saya di pesantren juga dari mereka. Kelihatannya saya orang baik, tapi sebenarnya saya pemain, cuma enggak ada yang tahu. Di pesantren banyak juga yang terjerumus, Mas. Jujur ya, saya sampai disumpah Al-Qur’an semua habis. Di situ saya kabur ke Bogor. Istri saya lagi hamil delapan bulan waktu itu.”

Awal mula semua terjadi di pesantren. Saya lihat YouTube, ada yang main rolet, rolet, slot, gitu lah. Waktu itu belum kenal slot, masih coba-coba rolet. Pertama saya nyoba lima ratus ribu, Mas. Main tebak angka. Eh, dari lima ratus itu jadi satu juta, nyandu di situ.

Saya di pesantren waktu itu dapat kiriman uang sebulan satu juta dari orang tua. Dua hari langsung habis. Alasannya beli sarung, beli kitab, padahal buat main. Lama-lama tiga bulan berjalan, saya mulai berani pinjol sampai sepuluh juta. Saya ngaku ke orang tua katanya buat bisnis sarung, padahal bohong. Orang tua saya sampai ngegadaiin kebun buat bayar utang. Sampai sekarang belum ketebus.

Waktu menikah, semua biaya ditanggung orang tua: mas kawin 15 gram emas, uang ke istri lima juta, semuanya. Setelah nikah, saya berhenti main, Mas. Sekitar tiga bulan saya normal, enggak main. Tapi waktu itu dapat amplop pernikahan sepuluh juta, katanya buat modal usaha. Karena bingung mau usaha apa, saya iseng buka YouTube lagi. Lihat streaming slot, depoin uang amplop itu. Pertama satu juta, jadi dua juta. Saya tahu haram, tapi pikirnya “buat nambah modal”.

Tiap dikirimin uang istri, saya bohong lagi. Katanya buat belanja, padahal buat main. Lima hari aja, uang tiga puluh juta habis. Terus saya pinjam lagi buat jualan sayur, tapi uangnya malah habis lagi. Istri saya hamil delapan bulan waktu itu. Karena malu dan takut ketahuan, saya kabur ke Bogor. HP saya matiin, banyak teror pinjol dan teman pasar nagih utang.

Di Bogor, saya sempat bawa uang tiga juta. Tapi bukannya tobat, malah saya depoin lagi. Habis. Saya datang ke guru pesantren, jujur semuanya. Kata beliau, “Anggap aja uangmu itu habis buat operasi. Ikhlasin, biar sembuh.” Saya pun berusaha jujur ke orang tua. Disumpah pakai Al-Qur’an, saya janji enggak main lagi. Setelah itu hidup saya mulai normal, usaha kulit juga jalan, ATM diblokir orang tua biar aman.

Tapi setan godaannya datang lagi. Saya butuh uang buat transfer, install Dana, dan mulai lagi. Mulai kecil, empat ratus ribu, tapi dua jam habis. Pinjam ke teman, depoin lagi, habis lagi. Saya sampai jual emas istri tiga gram, gadein motor enam juta. Ibu saya sampai pingsan waktu tahu. Saya benar-benar hancur, malu sama mertua, enggak berani pulang.

Sekarang sisa utang tinggal satu juta tujuh ratus ribu. Tapi tiap kali tertekan mikirin utang, pikiran ke slot lagi. “Kalau dua ratus ribu didepoin, bisa jadi satu juta,” begitu terus. Padahal saya tahu itu bohong. Terakhir main malam Senin kemarin, tiga jam habis tiga juta. Sekarang saya sudah blokir akun, ikhlas, enggak mau main lagi. Tapi jujur, candunya masih berat.

Kata guru, judi itu kayak alkohol. Orang yang main itu kayak orang mabuk — enggak bisa mikir jernih, enggak bisa nyetir, enggak bisa ambil keputusan. Harus berhenti dulu biar waras. Karena masalah hidup enggak bakal selesai kalau masih main. Semua masalah — utang, keluarga, rusaknya kepercayaan — itu cuma dampak. Intinya cuma satu: stop judi online dulu, baru hidup bisa diperbaiki.

Video menarik lainnya