- PDIP mempertanyakan efektivitas program koperasi Merah Putih yang digagas oleh Menteri Budi Arie, khususnya soal musyawarah desa yang dianggap sekadar formalitas tanpa pemahaman masyarakat.
- Model bisnis koperasi dianggap tidak jelas dan tidak realistis, terutama klaim keuntungan Rp1 miliar dari plafon Rp3–5 miliar yang dianggap tidak masuk akal.
- Dikhawatirkan terjadi pemborosan anggaran negara karena program dijalankan secara kuantitatif tanpa evaluasi dampak nyata.
- Statistik menunjukkan mayoritas BUMDes tidak bisa bagi hasil; hanya 26 dari 80.000 BUMDes yang bisa menghasilkan laba signifikan.
- Budi Arie dianggap mempolitisasi isu judi online sebagai pengalihan isu dari potensi kegagalan program koperasi.
- Desakan agar Budi Arie fokus membenahi substansi program koperasi, bukan pencitraan atau manuver politik.
- Ancaman reputasi terhadap Presiden Prabowo jika program koperasi ini gagal akibat perencanaan yang tidak matang
Cerita Lengkap
Saya agak senang, Pak, karena sudah lama kita tunggu-tunggu presentasi Bapak. Saya pikir kemarin batal, sudah enggak bisa di masa sidang ini. Ternyata Pak Menteri datang. Dalam pemikiran kami, kita pikir Pak Menteri lagi pusing dan ketakutan sehingga enggak bisa datang ke laker karena dibatalkan mendadak.
Jadi, Pak Menteri, ada beberapa pertanyaan. Yang pertama adalah paparan capaian. Ini menjadi pertanyaan kami bahwa dari paparan sudah ada 4.553, saya lihat di layar tadi 54,26%. Saya basisnya dari paparan tadi, saya lihat, saya catat, Pak Menteri. Memang kalau dihitung per detik bertambah terus, ya, bertambah terus.
Saya mempertanyakan, saya apresiasi, Pak, tapi saya mempertanyakan sebetulnya karena program ini kita dukung, Pak. Karena ini programnya Presiden Bapak Presiden Prabowo, kita dukung, ya, dan sudah dituangkan dalam Inpres. Tapi memang dalam implementasi kan banyak yang mempertanyakan, Pak.
Jadi, yang pertama adalah soal efektivitas musyawarah khusus desa yang sudah mencapai 45.000 lebih, Pak Menteri. Apa dasar Pak Menteri mengatakan bahwa ini sudah berjalan efektif? Karena tadi ada satu harian besar di negara ini juga mempertanyakan bahwa banyak yang bertanya dan banyak yang bingung, Pak. “Sejuta tanya masyarakat,” judulnya itu.
Karena banyak yang datang bingung, kan, Bapak kumpulin ini, Bapak kumpulin, Bapak ngomong, ngomong, ngomong, omon-omon aja. Kemudian di situ orang disuruh ngerti, padahal nanti yang terjadi itu enggak ngerti, Pak, mereka.
Nah, kalau hanya Bapak kejar jumlah kuantitas bahwa ini sudah 45.000-an titik desa dan sebagainya tanpa ada pengukuran, bukannya ini mubasir, Pak, buang-buang dana anggaran. Nah, saya pikir ini juga perlu dikaji. Ini perlu dikaji, ya. Apakah Pak Menteri sudah tahu bahwa ini berjalan efektif atau tidak?
Nah, ini poin penting, ya. Kenapa? Nanti jangan-jangan nanti dasarnya dari hasil musyawarah ini semuanya baik. Apa yang terjadi nanti? Nanti koperasi merah putihnya karena dasarnya enggak bagus, orang tidak tersosialisasi dengan baik, gagal. Jadi hanya jadi Kopdes ini jadi macan ompong saja.
Nanti jadi sejenis kelinci percobaan di mana rakyat diuji coba, warga desa diuji coba di sini. Nah, ini kalau ini gagal, ya, asal muasalnya dari sosialisasi yang gagal. Karena saya lihat sosialisasinya juga dalam pemberitaan itu tidak detail, ya, tidak detail. Hanya menjelaskan dasar-dasar.
Banyak pertanyaan saya baca di Kobas tadi pagi juga banyak pertanyaan dari masyarakat. Ini dananya dari mana? Digaji atau tidak? Kalau lahannya enggak ada atau bagaimana? Banyak yang bingung sebetulnya. Tapi Bapak dengan gagah berani sudah mengatakan bahwa di sini bahwa ini sudah maju terus 45.000-an, sebentar lagi 50.000.
Apa enggak diukur bertahap saja, Pak, ya, supaya tidak menjadi mubasir, tidak menyedot uang rakyat dan sia-sia uang rakyat yang dibuang-buang percuma begini, ya? Nah, saya minta Bapak jangan panik mengejar 80.000 ini. Jangan panik, jangan kemudian karena kepanikan Bapak lari ke mana-mana.
Apalagi Bapak sekarang juga lagi enggak tenang pikirannya, kan, ya, diserang sana-sini. Betul kan, Pak? Tenang, ya, Pak, ya? Ya, tapi kalau tenang, jangan fitnah sana-sini, Pak. Jangan fitnah partai kami, Pak. Ini enggak bagus, Pak, gitu saya lihat. Karena Bapak fitnah sana-sini membuktikan Pak Prof, Pak Prof, kita fokus saja.
Iya, enggak, ini nyambung ini. Membuktikan mental Bapak lagi panik, gitu. Ini permintaan, ya. Jadi artinya apa? Tenang, Pak. Kalau 80.000 tidak siap, Bapak ngomong kepala ke Pak Presiden, “Kami tidak siap, Pak.” Presiden enggak mungkin siap ini 80.000 kalau hanya kosmetik saja. 80.000 ini, ya, enggak ada gunanya. Enggak ada gunanya, Pak Menteri, ya, kan?
Nah, ini saya minta efektivitasnya bagaimana, Pak? Mohon nanti diukur dengan pasti. Tadi sudah banyak berita, kan, muat, kan, Pak Menteri tahu, kan? Sejuta tanya, Pak. Bukan 1.000, bukan 100 tanya, sejuta tanya, Pak. Itu yang pertama.
Yang kedua adalah soal model bisnis. Pak, saya cari-cari model bisnis Bapak sampai sekarang itu belum saya temukan, Pak. Terus terang, Bapak tahu pengertian model bisnis itu seperti apa? Bukan yang Bapak paparkan, Pak. Bapak kan sudah baca, Bapak pendidikannya tinggi juga, pengalamannya full, gitu. Betul kan, Pak, ya?
Model bisnis apa yang Bapak ingin sampaikan? Di dalam itu kan nanti dibuat kanvas bisnis model itu. Betul kan, Pak Wamen? Kanvasnya enggak ada. Coba Bapak baca teori-teori buku tentang bisnis model, Pak. Bukan isinya cuma jenis gerai-gerai, bukan begitu, Pak.
Kemudian kalau Bapak masuk ke wilayah yang bisnisnya enggak ada diferensiasinya, homogen di situ, yang terjadi red ocean, Pak, bukan blue ocean. Nanti perang harga, samudra bukan samudra biru, samudra merah, Pak, penuh darah karena homogen, tidak ada diferensiasi. Nah, bisnis model itu kita enggak dapatkan.
Nah, itu yang penting buat kita tahu mode bisnisnya seperti apa. Apalagi Bapak ngomong di berita bahwa ini bisnis model nih, modelnya bisa minimal untung Rp1 miliar. Dengan apa? Monopoli bisnis apa yang sekarang Rp1 miliar dari Rp3 miliar dan Rp5 miliar, Pak? 20%, Pak.
Bapak ini ngomong ke orang yang bukan bisnis, orang bisa percaya. Kalau ngomong ke pelaku bisnis sekarang, hampir-hampir enggak ada loh bisnis yang 20%. Pak, ini juga harus Bapak clearkan bisnis apa yang bisa 20%. Kalau bisnis judi bisa 50%, Pak. Judi online ini bisnis sembako, gerai, klinik, itu homogen semua, Pak.
Sembako, Pak, Bapak tahu dari 25 BUMDes yang paling berhasil, yang paling berhasil dari 25 BUMDes itu ada di bidang apa? 56% itu keuangan, Pak. Keuangan, Pak, 56%, Pak. Ini catatan. 40% itu perdagangan dan jasa. 4% hanya ketahanan pangan, Pak. Hanya 4%, Pak.
Dari BUMDes, kita ambil contoh BUMDes saja yang bisa bagi hasil. BUMDes yang 67,33 BUMDes tidak bisa bagi hasil, Pak. Bapak tahu enggak? Nah, ini merah putih ini bagaimana? BUMDes saja yang bisa menghasilkan bagi hasil di atas Rp1 miliar hanya 26 BUMDes dari 80.000 BUMDes, Pak.
Bisa bayangkan betapa perang di bawah, apa yang terjadi di bawah. Nah, sekarang Bapak datang dengan Rp1 miliar, bisnis modelnya enggak ada. Bapak mau yakinkan siapa? Enggak bisa, Pak. Ini yang Bapak harus paparkan. Jadi jangan kejar di media 80.000, 80.000 itu omon-omon aja, omong kosong, Pak. Itu, Pak, hanya jumlah aja.
Kita dukung, Pak, programnya Pak Presiden Prabowo. Tapi Bapak harus bisa menjaga ini agar jangan sampai merusak nama Presiden Prabowo. Itu penting. Jangan nanti gagal, yang gagal Bapak yang kena loh, Pak Menteri Koperasi Budi Arie yang sangat terkenal fenomenal ini sekarang. Nah, ini tolong Bapak nanti jelaskan.
Yang ketiga adalah soal pertanggungjawaban hukum. Wal penting juga banyak bertanya, Pak, siapa sebetulnya bertanggung jawab kalau ini gagal nanti? Kan ada channeling, juga ada plafon. Plafon itu sudah saya cek, Pak. Kalau plafon itu base daripada apa? Best daripada requirement daripada bank harus dipenuhi.
Enggak mungkin dia kasih plafon Rp3 miliar, semuanya dia cairkan. Berapa yang bisa memenuhi plafon Rp3 miliar itu? Enggak gampang, Pak. Bapak bikin koperasi yang sudah ada, Bapak jadikan merah putih itu juga kalau Rp3 miliar belum tentu semua bisa dikasih, Pak. Sekarang kecil-kecil, Pak, itu enggak mudah juga
Saya kemarin baru diskusi dengan pihak bank yang katanya sudah tanda tangan PKS. Saya tanya, apakah sudah disalurkan? Belum. Apakah sudah siap? Belum tentu juga. Karena mereka akan seleksi dan verifikasi satu per satu. Apakah koperasi itu memenuhi syarat? Nah, artinya enggak bisa langsung semuanya dapat Rp3 miliar.
Makanya, Pak Menteri jangan ngomong ke publik bahwa ini Rp3 sampai Rp5 miliar bisa untung Rp1 miliar. Itu misleading, Pak. Bisa jadi nanti masyarakat atau pengurus koperasi kecewa karena kenyataannya tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Terakhir, Pak Menteri, tolong fokus dulu pada pembenahan sistem dan substansi program ini. Jangan terlalu banyak manuver politik. Jangan sampai nama besar Pak Presiden Prabowo dan harapan rakyat dirusak oleh kegagalan program ini.
Kalau Bapak serius ingin memberantas judi online, maka tangani secara langsung dengan koordinasi antar kementerian dan aparat penegak hukum. Jangan sampai Bapak menggunakan isu judi online hanya untuk mengalihkan perhatian dari persoalan di program koperasi ini. Itu justru jadi bumerang bagi Bapak sendiri
Video menarik lainnya
-
Benarkah Ada Kekuatan Besar Lindungi Budi Arie dari Dakwaan Kasus Judi Online?
-
Komdigi Blokir Situs PeduliLindungi yang Diretas Jadi Situs Judi Online
-
Budi Arie Bongkar Partai Mitra Judol yang Fitnah Dirinya
-
PDIP Seruduk Budi Arie Usai Tudingan Mitra Judi Online
-
PDIP Murka! Budi Arie Dituding Fitnah dan Alihkan Isu Judi Online