Terseret Dunia Judi dan Trading Scam: Kisah Bro Jay Raih Ratusan Juta

Shares
  • Bro Jay memulai dari judi online di masa pandemi, dengan modal kecil dan janji keuntungan besar
  • Perlahan kecanduan judi dan membeli barang mewah dari hasilnya
  • Kejatuhan: kalah terus-menerus, kehilangan semua aset
  • Setelah pulang kampung, mencoba bekerja dan akhirnya terlibat di trading scam
  • Sistem kerja: marketing chat calon nasabah, memancing deposit lewat broker
  • Ketika nasabah menuntut uang kembali, dia kabur dan kantor kemudian digerebek
  • Sisa uang di rekening (sekitar Rp 170 juta) dibagikan ke yayasan dan teman
  • Teror lewat chat terjadi selama beberapa waktu
  • Pelajaran: jangan tergiur investasi instan, pelajari broker & regulasi
  • Saran: matangilah mental, ilmu, dana sebelum terjun, dan hindari dana pas-pasan

Cerita Lengkap

Halo teman-teman. Di depan saya ada Bro Jay yang akan menceritakan pengalamannya ketika terlibat dunia judi online dan kemudian bekerja di industri trading scam.

Oke Jay, tolong ceritakan kapan pertama kali kamu terjerumus ke perjudian.
Joint: Awalnya saya kenal judi sekitar tahun 2020, saat masa-masa sulit di tengah pandemi COVID. Saat itu saya terkena PHK dari pekerjaan di street food di Jakarta. Karena ekonomi susah, teman memperkenalkan saya pada judi dengan janji modal kecil tapi bisa untung besar.

Saya pun coba-coba dengan modal kecil — misalnya Rp 50.000, Rp 100.000. Awalnya masih tipis-tipis saja, tapi lama-lama jadi kecanduan. Diberi kemenangan sedikit demi sedikit, perlahan saya bergantung dan merasa malas bekerja karena berpikir “Kalau main saja bisa dapat uang, kenapa harus kerja?”

Begitu awalnya, saya bisa membeli handphone bagus, motor, pakaian mewah — semua dari hasil judi. Tapi tidak berlangsung lama. Di pertengahan 2021 performa kalah terus-menerus. Saya terus deposit, kehilangan uang, berharap “bisa menang lagi seperti dulu.”

Saat itu saya juga mulai ikut judi offline — poker di tempat nongkrong. Puncaknya, di akhir 2021 (masih saat COVID), saya kehilangan semua yang saya punya. Di malam mendesak itu, saya berjualan harta — motor, handphone — lalu memasukkan uang itu ke judi, berharap bisa kembali. Namun hasilnya malah hancur.

Semua hilang. Saya tinggal kosong di Jakarta, kontrakan menunggak tiga bulan, akhirnya pulang kampung ke Tasikmalaya. Selama sekitar setengah tahun, saya bahkan tidak memakai HP agar tidak godaan dari judi online.

Ketika saya mulai mencari pekerjaan lewat Facebook di pertengahan 2022, saya bertemu dengan tawaran kerja di dunia trading scam. Mereka menjanjikan gaji Rp 3,5 juta sebulan, fasilitas makan dan mess, tanpa menanyakan ijazah atau pengalaman. Saya ikut wawancara dan akhirnya ditempatkan di kantor di Tangerang.

Gedung kantor itu memiliki tiga lantai. Lantai pertama untuk admin, lantai dua untuk marketing, lantai tiga untuk operasional trading. Awalnya saya ditempatkan sebagai account executive di lantai dua, berpikir ini pekerjaan biasa. Namun setelah dijalani, saya diberi tugas menghubungi calon nasabah, bertanya apakah mereka tertarik trading atau investasi. Bila mereka tertarik, kami memancing mereka untuk deposit lewat broker yang kami rekomendasikan.

Saya sempat mendapatkan hasil lumayan — dalam sebulan bisa memegang puluhan juta rupiah. Tapi akhirnya muncul nasabah yang marah, meminta uangnya kembali, dan mengancam akan melaporkan ke polisi. Saya panik, menanyakan ke atasan, tapi tidak mendapat tanggapan. Konsekuensinya, saya memutuskan kabur.

Waktu itu di rekening saya tersisa sekitar Rp 170 juta. Saya menarik semuanya dan membaginya ke panti asuhan dan teman dekat sebagai bentuk “penutupan.” Beberapa hari kemudian kantor digerebek, sementara saya sudah jauh pergi. Saya sempat diteror lewat chat: “Mana uangku ratusan juta? Kamu tanggung jawab!”

Sejak awal 2024, teror itu mulai mereda. Dari pengalaman saya, dunia judi online dan trading scam sangat berbahaya. Banyak orang merugi besar karena tergoda pandangan instan: “Deposit sedikit dapat untung besar.”

Pesan saya kepada teman-teman: lebih hati-hati dalam memilih investasi. Pelajari terlebih dahulu broker-nya, apakah sudah diawasi regulator, punya sertifikat resmi atau tidak. Jangan ikut tren tanpa paham ilmunya.

Jika kalian ingin masuk dunia trading atau kripto, pastikan matang secara mental, ilmu, dan finansial. Jangan gunakan uang pas-pasan atau uang kebutuhan harian. Trading itu bukan judi harian — ada fluktuasi, ada risiko, tidak selalu untung.

Di akhir, untuk yang sudah terjebak di judi atau trading penipuan, jangan melihat kerugian lama terus-menerus — jadikan pengalaman. Mulailah lembaran baru, hapus kontak yang bisa menggoda, ganti akun atau nomor bila perlu agar tidak diganggu lagi.

Obrolan kita hari ini sangat berarti. Semoga teman-teman bisa menyaring pelajaran positif dari kisah Bro Jay dan lebih bijak menentukan langkah ke depan.

Video menarik lainnya